Berkarya kreatif memang tidak selalu berarti keluar duit. Justru semakin tidak ada dana, semestinya semakin terangsang kreativitas kita. Nah dalam urusan memanfaatkan barang bekas kuncinya memang pada kreativitas kita. Bila Anda memiliki anak berusia sekitar delapan sampai sepuluh tahun ajaklah ia berkreasi dengan barang-barang bekas untuk membuat permainan, atau membuat berbagai barang keperluan sekolahnya, dari barang bekas. Kegiatan menciptakan barang-barang menarik ini bisa merangsang kreativitas anak Anda sekaligus menghilangkan kebosanan pada permainan yang sudah dimilikinya saat ini.

Tahap pertama untuk memulai kegiatan ini tentu saja adalah mengumpulkan barang-barang yang sudah tidak berguna. Misalnya kaleng biskuit, kardus bekas wadah sereal, kaleng soft drink, botol -botol bekas makanan suplemen (botol-botol jenis ini terkadang bentuknya artistik), kardus bekas tempat telur, karton silinder bekas tempat tisu, kardus sepatu dan masih banyak lagi. Pilihlah barang-barang yang aman. Botol gelas misalnya, mungkin bentuknya artistik, tetapi sebaiknya dihindari buat anak-anak, karena kalau jatuh dan pecah akan sangat berbahaya buat mereka. Mungkin botol bekas bisa Anda simpan tersendiri, barangkali Anda ingin berkreasi dengan barang-barang itu.

Agar barang-barang tadi tidak berantakan dan terkesan seperti sampah, Anda harus enyimpannya dengan rapi. Ambil dos besar bekas tempat mie-instan misalnya, dan masukkan barang-barang tersebut satu persatu secara sistematis. Kaleng besar taruh paling bawah, kemudian di atasnya diisi dengan kaleng yang lebih kecil dan seterusnya, sehingga akan tampak rapi dan kompak. Pada kaleng yang kecil Anda bisa menyimpan spidol, gunting, lem, pinsil warna. Ajak anak-anak Anda untuk ikut mengumpulkan barang-barang bekas, dan menyimpannya dengan rapi. Ini akan membuat anak-anak Anda merasa terlibat dalam kegiatan ini.

Jika di antara barang-barang itu ada yang merupakan bekas wadah obat atau bahan kimia, pastikan bahwa Anda sudah mencucinya bersih-bersih, sehingga tidak ada residu yang bisa berbahaya buat Anda dan anak-anak Anda. Jika barang yang terkumpul sudah cukup banyak dan beragam, Anda bisa memulai proyek ini. Keragaman ini penting karena semakin beragam semakin banyak kemungkinan hasil karya bisa Anda hasilkan.

Nah kini Anda sudah bisa mulai. Siapkanlah tempat khusus, berupa meja kosong. Syukur-syukur bisa berupa meja pendek sehingga anak Anda bisa duduk di lantai ketika bekerja. Ini akan lebih memberi kebebasan kepada mereka. Bentangkanlah lembaran plastik atau koran di bawah meja dan di atas meja, sehingga bila ada yang tumpah Anda lebih mudah membersihkan.

Dari kardus sereal mungkin bisa dibuat ikan-ikanan. Dengan bantuan spidol, crayon atau cat air, ikan-ikanan itu akan tampak lebih menarik. Dari kaleng soft drink dikombinasi dengan beberapa benda kecil lainnya, kita bisa berkreasi membuat mobil tangki atau mobil-mobil besar jenis lainnya. Kemudian dari botol plastik bekas makanan suplemen mungkin Anda bisa membuat robot-robotan dikombinasi dengan tutup tube odol dan benda-benda lain. Atau dari bekas wadah suplemen atau kalengb soft drink, dipotong miring, bisa dibuat tempat pensil yang artistik.

Masih banyak kemungkinan bisa Anda ciptakan. Selamat berkreasi.

Rupanya ada manfaat lain dari tanaman eceng gondok yang belum banyak diketahui orang. Tumbuhan yang lebih sering dianggap sebagai tumbuhan pengganggu kawasan perairan ini ternyata mampu menetralkan limbah rumah tangga dan industri. Bahkan manajemen PT Bali Tourism Development Cooperation (BTDC), perusahaan yang mengelola kawasan wisata Nusadua, Bali ini telah memanfaatkan eceng gondok untuk mengolah limbah cair dari hotel dan restoran di sana. Sistem kerja si eceng gondok itu sendiri sangat sederhana. Tumbuhan ini ditanam di kolam-kolam daur ulang seluas 15 hektare. Selebihnya biarkan saja, eceng gondok akan bekerja sendiri menyerap partikel-partikel polutan yang hadir bersama air limbah. Dari penelitian lama memang telah diketahui, tanaman berakar rimpang ini mampu menyerap nitrogen, fosfat dan zat organik. Bahkan juga bisa menyerap uranium dan mercirium, dua zat yang sangat berbahaya bila mencemari perairan.

Bagaimana ceritanya sampai tanaman ini menjadi pilihan BTDC untuk mengolah limbah cair di Nusadua, yang menghasikan 4.000 sampai 5.000 meterkubik air kotor per hari itu? Pada dasarnya memang BTDC butuh sistem pengolah limbah. Berbagai cara sudah dicoba namun kurang membawa hasil yang baik. Terakhir perusahaan itu bahkan ingin menerapkan satu sistem baru, namun batal karena harganya sangat mahal, yakni Rp 300-Rp 400 juta.. Sampai satu ketika, seorang staf di perusahaan itu menemukan sebuah brosur yang memperlihatkan bahwa eceng gondok sangat potensial sebagai pengolah limbah cair.

Maka pada 1996, ketika AA Gde Rai menjadi direktur di sana, dicobalah eceng gondok ini sebagai pengolah limbah. Bekerjasama dengan peneliti lingkungan dari Universitas Udayana digelarlah proyek itu. Hasilnya sungguh memuaskan. Seperti pernah ditulis Tempo, kadar biological oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen demand (COD) — dua parameter yang biasa dipakai untuk mengukur kadar polutan satu cairan – menurun tajam. BOD yang semula bertengger pada angka 42 – padahal batas ambang berbahayanya 30 – turun menjadi 13 sampai 25. Sedang COD dari angka 80 turun menjadi 24 hingga 30. Derajad keasaman air (pH) menjadi 7-8, yang berarti normal.

` Sebagai bukti bahwa air yang disaring eceng gondok itu sudah sehat, di perairan itu kini telah berkembang aneka satwa air seperti ikan, katak dan kepiting. Kawasan itu juga menjadi daerah persinggahan burung-burung yang hendak bermigrasi dari Australia. Untuk keberhasilan itulah, BTDC pada tahun 1999 menerima penghargaan Kalkpataru dari pemerintah.
Namun bukan berati tidak ada masalah sama sekali. Eceng gondok ini tidak bisa dibiarkan begitu saja tumbuh bebas. Setiap dua bulan eceng gondok itu harus diremajakan. Karena kalau terlalu tua kemampuan menyerap polutan berkurang, sehingga kualitas air yang disaringnya pun menurun. Tapi bagi perusahaan sebesar BTDC tentu tak terlalu mengatasi soal itu. Apalagi kalau jeli, cukup banyak manfaat bisa diperoleh dari tanaman yang hendak diremajakan tadi. Bisa untuk kompos, bahkan daunnya bisa untuk berbagai jenis kerajinan, seperti yang pernah ditulis di daurulang.com beberapa waktu lalu.

Manfaat Bola-bola Bekas

Oktober 2, 2007

Jika Anda penggemar tenis, tentu banyak bola bekas di rumah Anda. Salah satu cara untuk memanfaatkannya adalah dengan disumbangkan ke Panti Asuhan anak yatim sehingga bisa dijadikan mainan buat mereka. Ini tidak hanya berlaku buat bola tenis, namun semua jenis bola yang sudah tidak terpakai, bisa disumbangkan ke panti asuhan atau ke anak-anak yang tidak mampu. Selain buat anak-anak. Bola-bola bekas juga bisa diberikan kepada binatang piaraan seperti anjing dan kucing, untuk nmainan mereka. Manfaat lain, bola-bola tenis ini bisa digantungkan di garasi dengan tali yang penjang, sebagai penanda batas mobil harus berhenti. Penanda semacam ini akan sangat bermanfaat ketika Anda memasukkan mobil ke garasi, terlebih bila garasi Anda sempit dan pas-pasan. Seandainya bola-bola itu tersentuh mobil pun tidak akan merusakkan bodi mobil Anda. Sebaliknya bola-bola yang tergantung pada tepi-tepi dan sudut batas garasi, akan menjaga mobil Anda dari benturan dengan dinding garasi.

Bila Anda baru saja membeli satu set bola biliar baru, jangan buru membuang bola yang lama. Simpan saja barangkali di antara bola baru Anda ada yang jatuh dan pecah, maka bola lama itu bisa dipakai sebagai pengganti. Selain itu bola lama juga bisa dipakai sebagai mainan buat anak-anak, ketimbang mereka bermain-main dengan bola baru dan memecahkannya. Bola-bola biliar yang sudah tidak terpakai juga bisa digantung di plafon ruang tamu, kemudian dicat dengan warna-warna menarik sehingga bisa menjadi bahan dekorasi ruangan.

Dengan sedikit sentuhan yang kreatif, bola boling bisa dijadikan vas bunga plastik Anda. Lubang yang bisanya dimasuki jari tangan bisa digunakan untuk menempatkan tangkai-tangkai bunga plastik tersebut. Bila warnanya kurang menarik, Anda bisa mencatnya dengan cat semprot atau cat minyak agar jadi menarik. Bola-bola inipun juga bisa dijadikan hiasan di kebun halaman rumah Anda. Tentu saja agar menarik Anda bisa mengecatnya dengan bermacam-macam warna.

Net bola voli yang sudah sobek bisa menjadi bahan yang bermanfaat di kebun. Dengan membentangkannya di antara dua tiang atau batang pohon, Anda bisa menggantung pot-pot yang ringan di lubang-lubang net voli itu. Sedangkan net badminton yang sudah sobek bisa dipasang di atas tanaman anggrek, sehingga memberi naungan yang cukup bagus buat tanaman itu.

Pemukul pada permainan base ball atau soft ball yang sudah tidak terpakai bisa digunakan untuk menyangga tanaman di kebun yang hampir roboh. Manfaat lainnya, simpan saja di dekat tempat tidur Anda, barangkali ada maling yang menyelusup rumah Anda, hantam saja dengan pemukul itu. Beres kan.

Cara Baru mengolah PET

Oktober 2, 2007

Inilah kabar baru buat para pemroses limbah botol PET atau botol aqua. Retech Recycling Technology AB dari Swedia telah mengembangkan sistem pengolahan botol PET yang mampu mengubah 500 kg botol aqua kotor menjadi serpihan-serpihan yang sudah bersih, hanya dalam satu jam. Sistem baru itu disebut PET 500. Pada tahap awal botol PET yang dalam keadan terbungkus ditampung pada satu wadah hingga penuh, kemudian dituangkan ke wadah lain yang didesain khusus untuk menyobek pembungkusnya. Kemudian botol-botol disorongkan ke conveyor belt yang bergerak perlahan-lahan. Pada tahap ini para pekerja menggunakan tangan melakukan sortasi untuk memisahkan botol PET dari komponen lain semacam beling, logam dan plastik-plastik lainnya.

Dari conveyor belt, botol itu kemudian diumpankan ke corong yang dilengkapi pisau yang akan merajang botol-botol itu menjadi serpihan kecil sepanjang 3 cm. Kemudian serpihan itu dilewatkan pada satu sistem yang dilengkapi dengan air, untuk memisahkan tutup botol dan ring. Serpihan itu kemudian dilewatkan pada sistem pencucian dan pengeringan. Lantas dilewatkan lagi ke corong yang dilengkapi pisau untuk memotong-motong serpihan itu menjadi potongan yang lebih kecil lagi, yakni sekitar 1 cm. Sisa-sisa label kalau masih ada dilepas di pemisah kedua, kemudian serpihan itu ditampung di satu wadah.

PET 500 memiliki keunggulan antara lain mudah dioperasikan, harga tidak mahal, biaya pengoperasian juga rendah, demikian pula dengan biaya pemeliharaan. Selain itu peralatan ini juga ramah lingkungan, karena dalam pengoperasiannya tidak menghasilkan limbah sama sekali. Keunggulan lainnya adalah cara kerjanya yang tuntas. Jadi botol PET masuk ke dalam sistem masih kotor, namun begitu keluar sudah bersih dan dalam potongan-potongan yang ukurannya memang sudah sesuai dengan keinginan industri pemakainya.

Membuat kompos rupanya juga merupakan proyek menarik buat negara maju. Pengelola kawasan resor Sunriver yang terletak di Taman Nasional Deschutes di Oregon Amerika Serikat, ternyata lebih memilih mengkomposkan serasah semacam daun-daunan, potongan dahan dan ranting, dan semak-semak belukar, ketimbang membakarnya. Dulu memang serasah atau sampah yang berasal dari pepohonan hutan itu dibakar, namun masyarakat memprotes karena asapnya sangat mengganggu, dan pembakaran itu sendiri bila tidak dikontrol dengan baik berisiko menimbulkan kebakaran besar di Taman Nasional tersebut. Kenyataannya memang kebakaran yang cukup besar, yang memusnahkan ribuan hektar hutan di kawasan itu pernah terjadi pada tahun 2000. Karena itu Kongres Negara Bagian Oregon, seperti ditulis http://www.composting2002.org, serta merta menyetujui proposal senilai US$ 89.000 (kurang lebih sekitar Rp 880 juta) yang diajukan oleh pengelola kawasan resor Sunriver untuk mengkomposkan serasah yang dihasilkan oleh kawasan itu. Proyek itu merupakan upaya mengurangi bahan yang berpotensial untuk terbakar di kawasan itu. Jeffrey Rola, pimpinan proyek itu mengemukakan kebakaran yang pernah terjadi di Oregon tidaklah seburuk yang pernah terjadi di negara bagian lain. Namun upaya meningkatkan manajemen hutan tetap perlu ditingkatkan.
“Lebih baik mencegah kebakaran daripada harus bertarung melawan api,” katanya. Lagi pula mengkomposkan jelas lebih baik ketimbang membakar yang jelas-jelas akan menimbulkan polusi udara.

Pada tahap awal proyek ini menyiapkan 3 acre lahan sebagai kawasan uji coba pembuatan kompos. Di tahap ini sempat terjadi sedikit kesalahan teknis. Karena jarak pengolahan kompos agak jauh dari lokasi perumahan, mereka menampung dulu tumpukan sampah organik padat yang nantinya akan disatukan dengan serasah untuk dikomposkan – di dekat pemukiman. Namun akibatnya muncul bau tak sedap dari sampah organik padat yang sudah agak membusuk tadi. Protes pun berdatangan dari para penduduk di sekitarnya. “Kami tidak akan mengulangi kesalahan semacam itu,” ujar Rola.

Pengkomposan itu mulai dilakukan Juni 2001. Serasah yang terdiri atas dedaunan dan ranting kayu itu dihancurkan dengan mesin penghancur sampah berukuran besar. Kemudian serasah yang telah hancur tadi dicampur dengan sampah padat yang berasal dari pemukiman. Proyek itu antara lain mencari komposisi yang ideal antara sampah padat dengan hancuran serasahnya dan dengan karbon yang digunakan untuk membantu proses fermentasi. Semuanya itu dimasukkan ke dalam delapan kantung besar yang diberi lubang untuk pertukaran udara. Setelah empat bulan barulah proses pengkomposan itu dianggap selesai . Ternyata proyek itu bisa menghasilkan kompos kelas A dengan perlakuan seperti itu tadi. Kompos yang dihasilkan akan digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah yang miskisn unsur hara di sejumlah tempat di Negara Bagian Oregon tersebut.

Barangkali pesan moralnya buat kita, mengapa kita tidak mencoba memanfaatkan semaksimal mungkin sampah yang kita miliki.

Mendaur ulang aki bekas ternyata memberikan hasil yang cukup baik. Dengan teknologi sederhana aki itu dilebur dalam lobang yang dibuat di tanah, untuk diambil timahnya. Namun cara sederhana itu memiliki risiko yang tinggi. Debu-debu dan gas hasil pembakaran itu menyebar di udara sekitarnya, dan tentu saja dihirup langsung oleh orang-orang yang berada di sekitar tempat pembakaran berlangsung. Gas yang dilepaskannya pun tergolong dalam kategori B3 (bahan beracun dan berbahaya). Melarang begitu saja jelas tak mungkin, karena itu merupakan kegiatan ekonomi yang digeluti masyarakat kecil. Karena itulah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mencoba satu cara untuk mengatasi masalah itu, yakni dengan teknik yang disebut kupola. Sistem ini, seperti yang ditulis majalah Ozon edisi November 2000, berusaha melokalisasi asap dan panas agar tidak menyebar ke mana-mana. Asap dan panas terkumpul di dalam ruang tertutup dan nantinya dikeluarkan dengan sistem spray. Proses ini sebenarnya tidak jauh dengan sistem kuwen yang digunakan pengolah aki bekas tradisional selama ini, hanya bedanya terletak pada penanganan limbah debu dan gas yang dihasilkan dari proses peleburan aki itu.

Pada sistem kupola, proses reduksi menggunakan arang biasa yang dicampurkan dengan aki bekas yang hendak dilebur. Kemudian dilakukan pembakaran dengan kapasitas panas antara 1.000 V – 1.500 V. Karbon yang ada pada arang berfungsi untuk reaksi reduksi dari timbal (Pb). Peleburan dilakukan dalam sebuah tabung besar bekas drum. Bahan-bahan yang dipanaskan tadi mencair, lalu cairan itu dikeluarkan da dicetak menjadi timah hitam batangan.

Daur ulang aki ini bertujuan untuk mengambil logam timah hitam (Pb) dan boks plastiknya untuk digunakan kembali. Timbal itu akan diguanakan lagi oleh pabrik aki untuk bahan sel aki. Selain itu juga digunakan oleh pabrik cat, pabrik TV, keramik dan sebagai isolator radio aktif. Sedangkan daur ulang boks plastiknya bisa digunakan lagi oleh pabrik akinya sendiri atau pabrik plastik.

Memang sistem kupola hasil kajian BPPT ini lebih mahal ketimbang sistem kuwen yang biasa dilaksanakan masyarakat selama ini. Namun kupola jelas lebih aman karena tidak mencemari lingkungannya dengan gas berbahaya. Karena itu perlu sosialisasi terus menerus, dan bantuan modal untuk peralatan, agar masyarakat mau menggunakan sistem ini.

Yang Tercecer dari Sawit

Oktober 2, 2007

Soal memanfaatkan limbah industri sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medanlah jagonya. Selain beberapa teknologi pengolahan limbah yang sudah ditulis di daurulang.com sebelumnya (lihat tulisan: Industri Sawit yang Bebas Limbah), ternyata masih ada yang tercecer, yakni memanfaatkan tandan kosong sebagai bahan baku kertas. “Dengan memanfaatkan tandan kosong ini, harga kertas bisa menjadi lebih murah,” demikian pernah disampaikan Purboyo Guritno, seorang peneliti di PPKS Medan, seperti dikutip Warta Ekonomi. Tandan kosong sawit adalah limbah padat dari kelapa sawit. Untuk penelitian sebagai bahan baku kertas, PPKS bekerja sama dengan Balai Besar Selulosa Bandung. Dalam kerjasama yang masih berupa pilot project ini sudah dihasilkan kertas cetak dan buku notes. Selain itu, PPKS juga bekerja sama dengan Pabrik Kertas Kraft Aceh.Namun untuk kerjasama yang kedua ini yang dihasilkan adalah kertas kraft (kertas kantong semen).

Bagi pabrik kertas yang sudah beroperasi dan selama ini memanfaatkan bahan baku kayu sebagai bahan pulp, pemanfaatan tandan kosong sebagai bahan baku kertas tidak membutuhkan investasi besar. Perusahaan itu tidak perlu membuat pabrik baru, cukup mengganti sejumlah alat potong dan sejumlah alt lainnya yang tidak begitu mahal.

Setelah dilakukan penelitian di laboratorium, bila digunakan sebagai bahan baku kertas HVS, tandan kosong sawit akan menghasilkan rendemen 35%, sedangkan bila untuk kertas koran rendemennya lebih besar lagi, yakni 50%. Artinya dari 3 juta ton tandan sawit akan dihasilkan 1,5 juta ton kertas koran. Bisa dibayangkan berapa kertas korang yang diperoleh bila Riau dan Sumut saja, menghasilkan tandan kosong sebanyak ratusan juta ton setiap tahun.

Kertas yang dihasilkan, setelah diuji menurut Standar Nasional Indonesia, telah dinyatakan lolos ujian. Namun sejauh ini belum ada investor yang tertarik memanfaatkan “tambang emas ini.” Buat mereka mungkin lebih praktis menebang saja hutan untuk mendapatkan bahan baku pulp.

Produk-produk elektronik semakin mendominasi kehidupan kita. Mulai dari komputer, televisi, perangkat audio, setrikaan sampai ponsel. Setelah sekian tahun digunakan, barang-barang elektronik itu akan rusak dan akhirnya menjadi rongsokan. Di negara-negara maju, tumpukan rongsokan benda-benda elektronik ini menjadi masalah besar di tempat pembuangan sampah. Maklum sejumlah komponen memang mengandung zat berbahaya untuk lingkungan seperti timah, merkuri, arsenik, dan kadmium. Racun-racun ini bukanlah masalah ketika konsumen menggunakan produk-produk tersebut, namun zat-zat itu barulah menjadi masalah buat lingkungan manakala dibuang bersama sampah rumah tangga lainnya.

Monitor komputer dan televisi misalnya, sangat berbahaya karena mengandung timah dalam jumlah yang cukup berarti. Sedangkan papan sirkuit elektronik juga mengandung logam-logam yang berbahaya seperti timah, kromium, merkuri dengan jumlah bervariasi, tergantung papan sirkuitnya. Begitu pula dengan baterei, benda ini juga mengandung merkuri, kadmium dan timah. Dari hari ke hari jumlah rongsokan itu terus bertambah, dan menimbulkan masalah bagi lingkungan.

Karena itulah sejumlah LSM di negara-negara maju yang peduli pada lingkungan mengusulkan sejumlah jalan keluar untuk mengurangi tumpukan rongsokan itu. Usulan itu antara lain: 1. Dalam hal penyediaan barang elektronik, pilihlah sistem leasing ketimbang membeli. Sehingga ketika barang itu out of date bisa dikembalikan ke vendor. Di tangan vendor pengelolaan barang bekas akan jauh lebih baik. 2. Hindari produk-produk praktis. Sejumlah peralatan tradisional dalam versi elektronik biasanya susah ditingkatkan keandalannya, lebih mahal pengoperasiannya dan lebih cepat aus. Ketika membeli produk tersebut, perhatikan masa pakainya. 3. Jika barang Anda rusak perbaiki dulu dan jangan buru-buru mengganti. Memperbaiki peralatan umumnya lebih murah ketimbang mengganti sama sekali. 4. Beli peralatan yang bisa diupgrade. Sejumlah peralatan bisa diupgrade dengan mengganti satu dua komponen. Langkah ini akan menghemat biaya dan mengurangi beban di tempat sampah. 5. Cari tahu apakah pabrik dari peralatan Anda bersedia membeli kembali peralatan Anda yang sudah tidak terpakai mankla Anda membeli yang baru. Manfaatkan fasilitas ini untuk mengurangi beban limbah. 6. Jika tak ada pilihan lain dan harus membuang peralatan Anda, serahkan pada pendaur ulang professional.

Sebagian usulan di atas memang tipikal untuk negara maju. Usulan ke 3 dan ke 4 misalnya sudah jamak dilakukan di Indonesia. Namun alasannya bukan untuk mengurangi beban tampat sampah tetapi lebih pada alasan ekonomis. Maka di Indonesia berkembang bengkel radiator, knalpot, per, aki dll. Jika di negara maju mobil yang radiatornya rusak harus ganti radiator, maka di Indonesia radiator itu masih bisa diakali untuk bisa berfungsi.

Untuk urusan memperbaiki barang rusak dan memanfaatkan rongsokan boleh jadi Indonesia “lebih maju” ketimbang negara-negara maju. Hanya persoalannya ketika harus menangani komponen yang memang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi, Indonesia memang kedodoran. Teknologi untuk menangani zat-zat berbahaya belum banyak dikembangkan, dan juga aturan main dalam hal pembuangan sampah benda-benda yang mengandung zat-zat berbahaya pun belum siap.

Satu lagi bukti bahwa pasar kompos memang sangat menarik. Setelah tulisan di daurulang.com beberapa waktu lalu mengungkap tentang peluang di Jabotabek yang masih sangat terbuka, kini kompos malah bisa di”ekspor” ke luar daerah Jabotabek. Berita di sejumlah media pekan ini memberitakan, 90 ton kompos yang diproduksi di TPA Rawa Kucing. Kota Tangerang dikirim ke Sibolga, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Senin, 18 Maret 2002. Kompos yang diolah dari sampah organik warga Tangerang ini akan digunakan untuk memupuk kebun sayur mayur di Tapanuli Tengah. Seperti dikemukakan Abdullah Karim Pohan, direktur utama PT Bina Bumi Fansyuri, perusahaan asal Jakarta yang bekerja sama dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, telah dua kali musim tanam ini, kompos digunakan di sana. Dari hasil uji coba yang pernah dilaksanakan di sana, kompos memang belum terbukti secara signifikan meningkatkan produktivitas tanaman sayur mayur di sana. Namun yang jelas sudah terasakan adalah tetap terjaganya kesuburan tanah di kawasan itu. Dengan memakai kompos, penggunaannya akan tetap dari satu musim ke musim lainnya. Sedangkan kalau memakai pupuk pabrik jumlah pemakaiannya cenderung meningkat untuk memperoleh kesuburan yang sama.

Kompos dari Rawa Kucing ini selain dikirim ke Sibolga juga telah biasa digunakan oleh para petani di Cianjur dan Tangerang sendiri. TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Rawa Kucing sendiri sangat potensial untuk pengembanga industri kompos, maklum sekitar 70% sampah di sana masih didominasi sampah organik yang layak dijadikan bahan baku kompos. Namun sejauh ini baru 5% yang diolah menjadi kompos. Nah melihat potensi bahannya yang masih bejibun, dan potensi pasarnya yang masih terbuka, apakah Anda tidak tertarik terjun ke bisnis ini.

Teknologi untuk membuat kompos tidaklah sulit, hanya memerlukan ketekunan yang tinggi. Tahapan pertama pembuatan kompos adalah dengan menghancurkan sampah organik, yang biasanya terdiri dari daun-daunan, ranting, rumput, dan sisa makanan. Cara penghancurannya supaya lebih cepat, menggunakan mesin penghancur sampah yang banyak beredar di pasaran. Ada beberapa jenis yang beredar di pasaran, yakni yang kapasitasnya 150 kg perjam harganya Ro 5 juta, 300 kg perjam harganya Rp6,5 juta, 300 kg perjam harganya Rp 10 juta dan 1 ton harganya Rp 17 juta Mesin dengan kapasitas mana yang akan dipilih tentu sangat tergantung pada kemampuan ekonomi Anda.

Setelah sampah itu hancur kemudian dikumpulkan di satu tempat untuk diproses lebih lanjut. Hancuran sampah tadi dicampur dengan kapur dan pupuk kandang. Pupuk kandang tidak perlu banyak-banyak karena hanya berfungsi sebagai “bibit” mikroba.-mikroba pengurai yang nanti bertugas menghancurkan bahan kompos. Setelah dicampur dengan baik dengan jalan diadukaduk, tumpukan itu kemudian ditutup dengan plastik. Jika bahan terlalu kering bisa disiram dengan air sampai bahan agak basah dan lembab.

Jika proses pengomposan berjalan dengan baik, suhu akan meningkat menjadi 45 derajat celsius.Pada bulan pertama, kedua dan ketiga perlu dilakukan pembalikan dan pengadukan bahan kompos. Setelah berjalan tiga bulan bahan sampah itu sudah berubah menjadi kompos. Volumenya akan menyusut tinggal sepertiganya. Jika agak basah dibiarkan dulu diangin-anginkan di terik matahari hingga kadar airnya tinggal sekitar 50%. Setelah jadi kompos dengan tekstur halus dan warna kehitaman, bahan tadi dikemas dalam kantung plastik agar mudah di bawa ke mana saja. Kompos ini bisa digunakan sebagai pengisi pot atau sebagai pupuk organik yang dapat memperbaiki sifat tanah.

Jika kita bicara material oli pelumas bekas, maka itu tidak hanya berurusan dengan olinya sendiri, melainkan juga wadah dan saringan oli. Ketiganya, bila dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah lingkungan. Oli bekas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air. Oli bekas itu mungkin saja mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu liter oli bekas bisa merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah.

Demikian pula dengan wadah plastik yang biasa digunakan untuk wadah oli. Plastik yang tak dapat terurai secara biologis itu jelas akan mencemari tanah dan memakan ruang di tempat sampah. Sedangkan saringan oli selain masih mengandung residu oli, juga terbuat dari bahan metal yang tidak mudah terurai secara biologis.

Karena itulah limbah dari ketiga komponen itu mesti dikelola dengan baik. Bukanlah hal yang sulit untuk mendaurulang ketiga komponen itu, sehingga menjadi produk yang bermanfaat dan tidak lagi menjadi ancaman lingkungan.

Oli bekas memiliki pasar yang bagus. Pengolahan oli bekas secara benar akan memulihkan kembali sifat pelumasannya. Energi yang diperlukan untuk pengolahan oli bekas hanyalah sepertiga dari yang dibutuhkan untuk mengolah minyak mentah menjadi pelumas yang baik. Oli daur ulang juga bisa digunakan dalam campuran aspal yang akan dipakai untuk membangun jalan raya. Oli daur uang pun bisa digunakan untuk bahan bakar.

Saringan oli bekas jugatidak sulit memprosesnya. Pertama dicabik-cabik, kemudian dilebur dan dijadikan bahan baku produk-produk logam seperti jarum, kawat dan produk-produk lainnya.

Sedangkan wadah plastiknya bisa didaur ulang menjadi wadah baru, pot bunga, pipa dan bernagai keperluan lainnya.