Pernah marah, nggak? Pasti pernah lah ya… Masak sih orang hidup gak pernah marah. Kalau ada diantara teman-teman yang berkata bahwa dia gak pernah marah…wah pasti bohong tuuh. Realitas hidup sehari-hari, terutama di kota-kota besar, seringkali memaksa kita sulit untuk tidak marah…ya kan? Beban kerja menumpuk, “deadline yang memburu, hingga jalanan macet, membuat banyak orang akrab dengan amarah.

Di sebuah Hadits Shahih dituliskan: “Kemarahan merupakan BARA yang dinyalakan di dalam hati anak Adam”. Hal ini menunjukkan juga bahwa MARAH adalah FITRAH. Bahkan Ulama dan Imam Besar, yaitu Imam Syafii, pernah mengatakan, bahwa orang yang tidak memiliki rasa marah itu diibaratkan seperti khimar (keledai).

Tetapi ya jangan salah pengertian lho. Meskipun marah itu sebuah fitrah manusia, amarah juga harus bisa dikendalikan dengan baik. Karena marah yang berlebihan bisa menjadi racun bagi jiwa dan tubuh kita. Marah bisa membuat orang menyimpang dan menyesatkan nya dari kebenaran., karena dengan marah maka seseorang telah menciptakan tabir antara hati dan matanya, sehingga tidak mampu memperlihatkan kebajikan. Oleh sebab itu, jangan memandang remeh amarah, jangan memandangnya dengan “sebelah mata”. Marah bisa membawa dampak yang jauh lebih serius daripada yang kita duga lho…

Berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, kadar gula menurun atau bahkan meninggi, sakit kepala, migren, stroke, sampai sakit jiwa, itu semua merupakan efek samping yang lazim ditemukan pada para pemarah kronis. Bahkan saya pernah baca di sebuah jurnal kesehatan, berdasarkan riset para ahli, bahwa dalam jangka panjang…kemarahan dapat membunuh kita. Orang yang biasa marah sepanjang hidupnya, akan mati 10 tahun lebih muda dibandingkan dengan orang yang dapat mengendalikan amarah nya.

Saat Anda marah, kadar serotonin dalam otak akan menurun. Ini berakibat, perilaku agresif dan aktivitas sistem syaraf simpatik yang mengendalikan pernafasan dan jantung…menjadi meningkat. Konsentrasi Anda akan menurun, dan keinginan untuk melakukan hal-hal buruk akan semakin menguat, seperti merokok atau bisa yang lebih buruk lagi. Bahkan juga mempengaruhi pola makan Anda, sehingga nafsu makan pun bisa semakin besar, sehingga berat tubuh juga semakin meningkat.

Pada saat marah, maka kondisi psikologis seseorang sangat labil, sehingga berpotensi untuk bertindak di luar akal sehatnya. Saat marah, setan akan membangkitkan nafsu amarah di dalam hati, sehingga seluruh kejelekan bisa masuk ke dalam diri kita. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ja’far Ash Shadiq ini: “Marah adalah kunci dari segala keburukan dan kejahatan”.

Di dalam Al-Qur’an, surat Ali Imran, ayat 134 juga disebut: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

Oleh karena itu, kemampuan untuk mengendalikan dan menahan marah di saat ada peluang, kesempatan, dan situasi yang memungkinkan kita mengumbar amarah; itu merupakan bentuk kebajikan yang tinggi. Orang yang mampu menahan amarah, oleh Rasulullah SAW disebut sebagai ORANG YANG KUAT. Beliau pernah bersabda: “Orang yang kuat bukanlah yang jago gulat, tetapi (orang yang kuat itu) orang yang mampu menahan diri-nya ketika marah”. Nabi SAW juga bersabda: “Barang siapa menahan marah, padahal dia mampu untuk melampiaskan-nya, maka di hari kiamat Allah akan memenuhi hatinya dengan keridhaan”.

Menahan marah, memaafkan, dan berbuat baik adalah satu kesatuan nilai yang mendasari ketaqwaan. Menahan marah saja tanpa memaafkan, bukan ciri orang yang taqwa, melainkan ciri orang pendendam. Menahan marah hanya dapat disembuhkan dengan memaafkan. Seorang motivator dunia & penulis populer, Dale Carnegie menuliskan sebuah kiat menghilangkan rasa cemas: “Anda tidak cukup suci untuk mencintai musuh-musuh Anda. Akan tetapi, demi kesehatan dan kebahagiaan Anda, lupakan mereka dan maafkan mereka”.

Rasulullah Muhammad SAW memang melarang kita marah. Beliau memberikan jalan keluar ketika amarah kita memuncak, yaitu kita dianjurkannya untuk meredakannya dengan ber-wudhu, dan menunaikan shalat dua raka’at.

Nah, teman-teman, sebagai umat Rasulullah SAW…memang semestinya kita tidak gampang meletup nafsu amarah kita…tidak mudah meluapkan dan melampiaskan amarah kita kepada benda atau orang lain yang berseteru atau berselisih paham dengan kita. Bersabarlah! Kendalikanlah rasa amarah Anda! Ingatlah, ketika Anda bisa menahan amarah, maka para malaikat akan berada di sekeliling Anda dan bersiap membela Anda. Tetapi jika Anda tidak mampu menahan amarah, dan melampiaskan amarah; maka para malaikat akan meninggalkan Anda, dan Iblis akan hadir di sisi Anda…ini sabda Rasulullah SAW lho, bukan omongan saya sendiri. Oke, sekian dulu “sharing” pengalaman ini. Semoga bisa memberikan manfaat.

Salam Luar Biasa Prima!

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh jurusan psikologi (ilmu jiwa) pada Fakultas Adab (sastra) di Universitas Zaqaqiq, Mesir dengan judul: “Kepribadian Remaja Putri, Tata Cara kesiapan Jiwa dalam Menghadapi Pernikahan, dan Masa Perubahan Jiwa Pasca Nikah Secara Khusus” menyimpulkan ada 9 tipe gadis yang tidak diminati oleh para pemuda:

Pertama: Gadis Pencemburu

Pencemburu adalah sifat pertama kali yang dihindari oleh para pemuda dari calon istri-istri mereka. Cemburu disini bermakna keraguan. Para pemuda itu menuntut adanya sebagian sifat cemburu yang memperkuat ikatan cinta, akan tetapi mereka menolak ketidak percayaan (keraguan) yang menimbulkan petaka dalam kehidupan rumah tangga. Mereka menginginkan kepercayaan dari para istri mereka, dan tidak suka jika mereka menceritakan atau mengungkap setiap langkah yang dilaluinya.

Kedua: Gadis Egois, sok menjadi ratu

Adapun gadis yang kedua adalah gadis yang egois, ingin berkuasa, menginginkan dari suaminya segenap kecintaan, ketundukan, dan kepasrahan hanya kepadanya saja. Dia akan marah jika melihat suaminya lebih mementingkan orang lain atau mencintai selain dirinya. Seperti cemburu kepada kerabat suami, atau teman-temannya. Perbuatan ini kadang menimbulkan banyak permasalahan. Dengan sikap seperti itu, dia telah mempersempit kepribadian suami, dan menyebabkan timbulnya permasalahan dengan kerabatnya. Dengan sikap seperti itu, dia telah menjadikan suami benci dengan kehidupan rumah tangganya. Sikap yang demikian tidak termasuk cinta, tetapi ambisi kepemilikan dan penguasaan. Maka wajib bagi gadis ini untuk menyadari bahwa mereka adalah kerabat suami, yang tidak mungkin ia bebas lepas dari mereka, begitu pula sebaliknya mereka tidak mungkin bebas lepas darinya.

Ketiga: Gadis Durhaaka

Yaitu istri yang tidak ridha dengan kehidupannya. Dia senantiasa membangkang pada suami dan menggerutu tentang segala sesuatu. Dia tidak bersikap qonaah (menerima apa adanya), senantiasa menginginkan tambahan dan lebih. Dengan sikap seperti ini, dia telah menekan suami hingga mau memenuhi keinginannya. Dia tidak peduli darimana sang suami bisa memenuhi berbagai tuntutan itu, dan bagaimana ia bisa mendapatkan harta tersebut. Dia adalah jenis istri perusak. Dia hanya mencari untuk diri dan kebahagiannya sendiri, terutama harta, bukan cinta. Dia tidak menjaga suami atau rumahnya. Biasanya keadaan yang seperti ini berakhir dengan perceraian.

Keempat: Gadis yang cuek dan masa bodoh

Gadis ini tidak layak disebut sebagai seorang istri. Dia sama sekali tidak menaruh perhatian pada suami, tidak juga pada rumahnya. Tidak berusaha memenuhi kebutuhan suami atau permintaannya. Di sini sang suami merasa bahwa si istri tidak mencintainya, atau tidak menganggapnya. Kadang yang demikian membuat sang suami bersikap kasar kepada istri sebagai usaha untuk meluruskannya. Akan tetapi jika sang istri memiliki sifat seperti ini, maka akan sulit merubahnya. Hal ini menjadikan sang suami tidak menaruh perhatian terhadap istri, tidak mesra dengannya dalam segala hal, dan bisa menyebabkan perpisahan. Maka mulai sekarang seharusnya istri mulai memberikan perhatian terhadap suami.

Kelima: Gadis yang Kekanak-kanakkan

Yaitu gadis yang senantiasa tergantung pada ibunya, dan terus terikat dengannya, bersandar kepadanya dalam segala hal. Dia bertindak dengan malu, tidak mampu mengemban tanggung jawab. Kebanyakan ibunyalah yang memberikan keputusan dan berkuasa pada seluruh urusan rumah. Maka sang putripun bersandar kepadanya dalam segala hal seperti apa yang dia kerjakan saat masih kanak-kanak. Dengan sifat seperti itu, dia tidak layak menjadi seorang ibu bagi putra-putranya, dikarenakan putra-putranya akan menjadi pribadi-pribadi yang terputus, tidak utuh. Adapun sang suami, maka ia merasa seolah-olah telah menikahi ibu mertuanya, karena dialah yang mengatur segala keperluannya. Maka wajib bagi para gadis untuk belajar memikul tanggung jawab dan berbuat secara dewasa.

Keenam: Gadis yang meninggalkan Tugas Rumah Tangga

Kebanyakan gadis seperti ini adalah gadis yang bekerja (wanita karir). Akan tetapi, ada perbedaan antara istri yang bekerja dan istri yang pergi meninggalkan tanggung jawab rumah. Artinya ada banyak istri yang bekerja, tetapi mereka dapat melakukan segenap pekerjaan rumah tangga dan memberikan perhatian terhadap berbagai keperluan suami dan anak-anak mereka. Pekerjaan mereka tidak membuat mereka durhaka terhadap keluarga. Maka istri harus menyeimbangkan antara pekerjaan dengan suami dan anak-anaknya. Janganlah pekerjaan membuat keluarga terhalangi dari perhatian dan kasih sayangnya. Sehingga sang suami merasa kehilangan kemesraan, akhirnya timbullah permasalahan diantara mereka.

Ketujuh: Gadis yang Lemah

Yaitu seorang gadis yang terbiasa pasrah terhadap keadaan di sekitarnya, apakah terhadap keluarga atau teman-temannya. Dia sangat lemah untuk bisa mengambil keputusan dengan dirinya sendiri, tidak berusaha mengadakan musyawarah atau menampakkan pendapat apapun. Kepribadian yang lemah, penurut, dan tidak terbiasa memikul tanggung jawab. Kebanyakan penyebabnya adalah keluarga, yaitu dengan sikap keras sang ayah, dan diamnya ibu. Maka sang suamipun kehilangan teman yang bisa memberikan nasihat, atau masukan-masukan dalam berbagai urusannya.

Kedelapan: Gadis yang membuat was was

Yaitu gadis yang menggambarkan suaminya dengan gambaran yang terburuk. Sebagai contoh, jika suami terkena penyakit mulas, maka sang istri membesar-besarkannya serta meyakininya bahwa sang suami menderita usus buntu. Jika panas sang suami meningkat dia berkata bahwa dia telah terkena demam. Jika sang suami terlambat, dia berkeyakinan telah terjadi kecelakaan atau terkena sesuatu yang tidak disukai. Istri semacam ini akan mendorong suami untuk selalu was-was dan berkhayal macam-macam serta selalu khawatir.

Kesembilan: Gadis yang Sok Sempurna

Yaitu gadis yang berambisi untuk mengerjakan sesuatu dengan benar, dan terlalu berlebih-lebihan di dalamnya sehingga sang suami dan orang-orang yang tinggal di sekitarnya terkadang merasa jengkel. Sifat seperti itu membuatnya fanatik buta dalam kehidupan rumah tangga. Dia menginginkan kesempurnaan dalam segala hal. Jika pergi salah seorang teman maka harus membawa hadiah berharga dan mahal dibungkus dengan bungkus yang mewah dan seterusnya. Sifat seperti ini dimungkinkan akan membuat suami melakukan respon yang mungkin bisa menjadi seorang laki-laki yang keras dan menolak apa saja yang dilakukan istri, sekalipun perbuatan itu untuk kepentingannya, dan dia tidak lagi mementingkan keridhaan istrinya

Sekarang, carilah untuk dirimu sendiri wahai saudariku, sifat manakah dari kesembilan sifat tersebut yang kamu miliki? Kemudian bersihkanlah dari dirimu agar kehidupan rumah tanggamu selamat dan bahagia.

sumber : Diambil dari: Majalah Qiblati Edisi 11 TAhun II

Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang
menarik.
Seorang Pak Guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada
murid-muridnya di depan kelas.
Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan.

” Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah di
sini.
Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuat kalian bahagia ?
Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini ?”

Murid-murid tampak saling pandang.
Terdengar suara lagi dari Pak Guru,
” Ya, ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidup kalian …”

Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan Pak Guru itu
menunjuk pada seorang murid.
” Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal besar yang kamu temui ?
Berbagilah dengan teman-temanmu …”

Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid,
” Seminggu yang lalu, adalah saat-saat yang sangat besar buat saya.
Orang tua saya, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang saya
impikan selama ini.”

Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu.
” Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa
mengalahkan kebahagiaan itu !”

Pak Guru tersenyum.
Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya.
Maka, terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir.

Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil.
Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri.
Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung.

Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka
dapatkan.
Hampir semua telah bicara,hingga terdengar suara dari arah belakang.
” Pak Guru … Pak, saya belum bercerita.”

Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil.
Matanya berbinar.
Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar
yang mereka punya.

” Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua,”
ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.

” Apa hal terbesar yang kamu dapatkan ?”
ujar Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.

” Keberhasilan terbesar buat saya, dan juga buat keluarga saya adalah …
saat nama keluarga kami tercantum dalam Buku Telepon yang baru terbit 3 hari
yang lalu.”

Sesaat senyap.
Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu.
Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar
cerita itu.

Dari sudut kelas, ada yang berkomentar,
” Ha ? Saya sudah sejak lahir menemukan nama keluarga saya di Buku Telepon.
Buku Telepon ?
Betapa menyedihkan … hahaha …”

Dari sudut lain, ada pula yang menimpali,
” Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam
itu ?”

Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan.
Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan.

” Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya.
Silahkan teruskan, Nak …”

Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara.
” Ya, memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah saya dapatkan.
Dulu, Papa saya bukanlah orang baik-baik.
Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah.
Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi.”

Matanya tampak menerawang.
Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan.

” Tapi, kini Papa telah berubah.
Dia telah mau menjadi Papa yang baik buat keluarga saya.
Sayang, semua itu tidak butuh waktu dan usaha.

Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat
bekerja.
Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Papa
saya.

Dan kini, Papa berhasil.
Bukan hanya itu, Papa juga membeli sebuah rumah kecil buat kami.
Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi.”

” Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluarga saya ada di Buku Telepon ?
Itu artinya, saya tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan Papa
untuk terus berlari.
Itu artinya, saya tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang saya sayangi.

Itu juga berarti, saya tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang
dingin.
Dan itu artinya, saya, dan juga keluarga saya, adalah sama derajatnya dengan
keluarga-keluarga lainnya.”

Matanya kembali menerawang.
Ada bulir bening yang mengalir.
” Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang saya dapatkan nanti …”

Kelas terdiam.
Pak Guru tersenyum haru.
Murid-murid tertunduk.

Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan.
Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan
kebahagiaan.

Mereka juga belajar satu hal :
” Bersyukurlah dan berbahagialah setiap kali kita mendengar keberhasilan
orang lain.
Sekecil apapun …
Sebesar apapun …”

Karena hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti ..

KEBAIKAN YANG INDAH

September 30, 2007

–Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa,”Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhan kamu?” Mereka menjawab,” Kebaikan.”…………[An Nahl : 16:30]

Seorang wanita baru pindah ke sebuah kota kecil. Setelah berada di sana beberapa waktu, ia mengeluh kepada tetangganya tentang pelayanan buruk yang dialaminya di apotek setempat. Ia meminta tolong pada tetangganya agar mau menyampaikan kritiknya pada pemilik apotek itu.

Beberapa hari kemudian wanita pendatang tersebut pergi lagi ke apotek itu. Pemilik apotek menyambutnya dengan senyum lebar sambil mengatakan betapa senangnya ia melihat wanita itu berkenan datang kembali ke apoteknya, dan berharap wanita dan suaminya menyukai kota mereka. Bukan hanya itu, pemilik apotek itu bahkan menawarkan diri membantu wanita dan suaminya menguruskan berbagai hal agar mereka bisa menetap di kota itu dengan nyaman. Lalu, ia pun mengirimkan apa yang dipesan wanita itu dengan cepat dan baik

Wanita itu merasa senang dengan perubahan luar biasa yang ditunjukkan oleh pemilik apotek. Kemudian, ia melaporkan hal itu pada tetangganya. Katanya, “Anda tentu sudah menyampaikan kritik saya mengenai betapa buruk pelayanannya waktu itu.”

“Oh, tidak,” jawab tetangganya. “Sebenarnya saya tidak menyampaikan kritik anda pada mereka. Saya harap anda tidak keberatan. Saya katakan pada pemilik apotek itu betapa anda terkagum-kagum melihat caranya mendirikan apotek di kota kecil ini. Dan, anda merasa apoteknya adalah salah satu apotek dengan pelayanan terbaik yang pernah anda temui.”

Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan(disediakan) kebaikan dan tambahan (ridha Allah) serta muka-muka mereka tidak tertutup oleh kehitaman dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah ahli surga yang mereka kekal di dalamnya [Yuunus; 10:26]

Wanita Shalihah

September 30, 2007

Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri.

MULIALAH wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim).

Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran.

Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).

Wanita shalihah itu murah senyum. Baginya, senyum adalah shadaqah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain.

Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul. Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan akan berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain.

Ia juga selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya.

Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.

Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia “polos” tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.

Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.

Contoh pula Siti Khadijah, figur istri shalihah penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau Khadijah sendiri sudah meninggal.

Bisa jadi wanita shalihah muncul dari sebab keturunan. Seorang pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi.

Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, “Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya.”

Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga, bahkan negara. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa.

Kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita. Wallahua’lam.

Siapa Wanita pilihan anda ??

September 30, 2007

Jujur saja, walaupun dalam hadits Rosululloh Shollollohu ‘alaihi wassalam jelas disebutkan bahwa dalam memilih istri hendaknya lebih mengutamakan akhlak dan agamanya, namun kenyataannya sekarang banyak ikhwan yang lebih mendahulukan kecantikan dibanding agama. Apakah memilih wanita cantik dilarang? Tidak. Itu sah-sah saja. Namun hendaknya kriteria cantik ini tidak membuat kita lupa akan kriteria akhlak dan agamanya.SEDIKIT CERITA.


    Sebut saja Maman, 27 tahun. Dulu,dia pernah bermimpi. Mimpi yang indah sekali. Mimpinya, bila suatu saat nanti dijodohkan oleh Alloh, bisa dipilihkan istri yang tinggi, cantik, aduhai. Tapi kenyataannya, yang ia dapatkan malah sebaliknya, seorang wanita yang kurang sesuai dari impiannya. Kecewakah? Awalnya memang ada rasa seperti itu, tapi seiring dengan perjalanan waktu, rasa itu pun perlahan hilang. Setelah tahu akhlak harian istrinya, Maman justru berubah fikiran, 180 derajat lagi. Ia terlihat semakin sayang pada istrinya dan lupa dengan mimpi-mimpinya yang dulu. Baginya sekarang, ia mesti banyak bersyukur kepada Alloh, karena telah diberi seorang istri yang pengertian. Selain juga pintar melayani dan pandai menutupi kekurangannya. Walaupun ia tidak menafikan adanya kekurangan-kekurangan pada istrinya tersebut.

   Itu adalah satu contoh sekaligus satu pelajaran, khususnya bagi Anda para BUJANGAN. Bahwasanya dalam menikah yang paling utama bukanlah sosok kecantikan semata, tapi lebih dari itu adalah akhlak dari pasangan. Hanya akhlak baik yang akan bisa membuat kehidupan rumah tangga tentram dan bahagia. Akhlak yang baik juga mampu mengubah kecantikan seorang istri. Dalam arti, menurut pandangan kita, istri menjadi lebih cantik secantik akhlaknya. Memang akan lebih sempurna bila selain akhlak yang bagus didukung pula dengan kecantikan fisik. Namun yang demikian sepertinya tak ada, karena semua wanita ada kekurangannya. Tapi mungkin kriteria ‘sempurna’ itulah yang ingin dikejar oleh ikhwan-ikhwan itu.

   Walaupun demikian, sifat ikhwan yang mengutamakan kecantikan semata atau berharap kesempurnaan, hanya sebagian saja. Sebagian lagi masih berusaha mengikuti saran Nabinya. Selama akhlak dan agama si akhwat baik, ia terima. Ia juga sadar bahwa tak ada wanita didunia yang sempurna. Hendaknya demikianlah seharusnya prinsip seorang ikhwan.

CANTIK TAPI….


    Sebagaimana yang sudah sering kita dengar dan baca, bahwa di dunia ini tak ada manusia yang sempurna. Terlebih lagi wanita yang telah Alloh ciptakan dalam keadaaan bengkok. Secara kodrat, mereka lebih banyak kekurangan dan kelemahan dibanding pria, sebagaimana sabda Rosuulloh :

“….Tidaklah aku melihat orang yang kurang akal dan agama lagi potensial melemahkan laki-laki yang kuat selain salah seorang dari kalian ( wanita )..”
( Riwayat Bukhori dan Muslim )

   Hal demikian menuntut kita ( para lelaki ) untuk lebih banyak mengerti wanita, juga lebih bisa memahami kekurangan mereka. Menyangkut kekurangan ini, bukanlah hal yang aneh bila ada wanita yang secara fisik cantik tapi pemboros, atau abid ( ahli ibadah ) tapi tak bisa masak, atau ahli masak tapi pencemburu berat, dan yang lainnya. Yang demikian itu adalah biasa. Hampir terjadi dan ada pada setiap wanita.

   Nah, bagi Anda para BUJANGAN, wanita mana yang akan Anda pilih, semua tergantung pada Anda. Pada dasarnya ini menyangkut kriteria utama yang Anda tetapkan dan kekurangan-kekurangan yang masih bisa anda toleransi. Tentunya setiap ikhwan berbeda-beda. Satu ikhwan mungkin menjadikan kecantikan sebagai standar utama, tak peduli bila masak atau tidak, sementara ikhwan lain mungkin lebih mengutamakan ibadahnya dan tak peduli kekurangan-kekurangan yang lainnya, dan seterusnya. Yang jelas, tak ada wanita didunia ini yang sempurna seratus persen. Pasti ada saja kekurangannya. Ini hal pertama yang hendaknya dipahami betul.

BAGAIMANA DENGAN WANITA?


     Kalau boleh jujur juga, akhwat pada dasarnya tak beda jauh dengan ikhwan. Kalau seumpama mereka ditanya bagaimana kriteria ikhwan yang diinginkannya, hampir pasti akan dijawab lelaki yang sempurna. Yaitu ikhwan yang ganteng, gagah, berilmu tinggi, dan mapan. Karena, sebagaimana pernyataan Rosululloh, wanita adalah saudara laki-laki. Apa yang terjadi pada laki-laki, terjadi juga pada wanita. Termasuk dalam hal ini adalah keinginan-keinginannya. Perbedaannya, wanita umumnya lebih bisa menyembunyikan perasaan dan lebih bisa menerima kekurangan-kekurangan pasangannya. Sehingga baginya, selama ikhwan yang datang meminang nampak baik akhlak dan agamanya maka akan ia terima. Kalaupun nantinya ada kekecewaan, ia lebih bisa terima dan lebih bisa mengalah. Ini keumuman wanita, namun secara khusus ( person per person ) tentu berbeda.

     Walaupun begitu, secara umum wanita juga lebih sadar diri, dalam arti lebih bisa bercermin pada dirinya dibanding laki-laki. Kalau laki-laki seringnya ” lupa diri” walaupun banyak kekurangan, dalam menetapkan kriteria tetap harus yang sempurna ( tak ada kekurangannya ). Inilah yang kemudian menjadikan beberapa akhwat mundur teratur, tak berani mengajukan diri karena merasa tak sesuai kriteria si ikhwan. Kebijakan seperti ini juga menjadi satu sebab banyaknya wanita terlantar. Duhai para ikhwan, tidakkah kalian kasihan?

KALAU BISA SEPERTI NABI.


    Kalu kita sedikit menengok sejarah Nabi, bagaiamana cara beliau memperistri wanita atau kriteria apa yag ditetapkan oleh beliau bagi wanita menjadi istrinya, maka akan kita dapati Nabi lebih mengutamakan agama dan akhlaknya dibanding fisiknya. Itu pun masih disadari pada manfa’at dam madharatnya bagi perkembangan islam. Itulah mengapa Rosululloh hanya menikahi wanita ynag masih perawan, yaitu Aisyah. Sedangkan yang lainnya janda dan umumnya sudah tua, Pelajaran yang bisa dipetik dari perkawinan beliau ini, bahwa agama hendaknya dijadikan patokan utama, dalam memilih seorang wanita, agar nantinya rumah tangga bahagia dunia dan akhirat.

     Nah, Kalu sekarang Anda ingin menikah, cobalah bertanya pada diri sendiri tentang wanita yang hendak Anda nikahi tersebut. Cobalah Anda lihat dan baca,! Dengan keadaan dia seperti itu, akankah pernikahan anda dengannya nanti bermanfaat bagi agama Anda, atau malah sebaliknya? Atau, akankah dia bisa jadi istri yang penurut atau justru pembangkang? Hal ini akan lebih membuat Anda berhati-hati dalam menentukan calon pasangan.

BILA PILIH YANG BELUM JADI.


     Kalaupun ternyata Anda lebih memilih wanita yang “kurang” dari sisi agama, alangkah baiknya kalau Anda yakin betul bahwa wanita tersebut bisa diatur. anda mesti yakin bahwa dia mampu diubah akhlak dan agamanya hingga bisa menjadi akhwat utama. Kalau anda yakin, silahkan memilihnya. Jikalau Anda ikhlas, insyaAlloh ini akan menjadi ladang dakwah dan pahala utama bagi Anda. Tapi yang seperti ini sangat riskan. Yang terjadi, biasanya si ikhwan malah terseret dalam keburukan istrinya. Maka dari itu, hendaknya anda pikirkan matang-matang dulu sebelum menetapkan pilihan. Akan lebih baik disesuaikan dengan kemampuan Anda dalam mendidik dan membimbing wanita. Kalau anda tak yakin, lebih baik jangan memilih wanita yang’ belum jadi ‘. karena penyesalan yang kemungkinan besar akan terjadi. Sekarang tinggal keputusan anda!

Buat para wanita, anda pun punya pilihan. Mau jadi Akhwat yang utama atau yang belum ‘ belum jadi ‘ saja? Wallohu ‘alam

“Kapan sih kamu percaya sama saya? Kesal, muak, dan benci saya dicemburui terus,” demikian L (32), seorang suami yang punya usaha rumahan dengan kemarahan tidak terkendali sambil langsung keluar dari rumah.

“Saya bukan cemburu, tetapi saya kurang enak perasaan karena perempuan, tenaga sales, itu lebih banyak bekeja di rumah daripada mencari order. Yang namanya sales, tugasnya, kan, di luar, bukan bantu kerja kamu di rumah,” demikian S (27), istri L.

“Ah, pastilah kamu cemburu! Capai saya dicemburui. Sudah cerai saja kalau terus-menerus enggak percaya.” sambung si suami berteriak keras sambil mengegas mobilnya keluar halaman dengan deru keras karena kecepatan lari mobil serentak sangat tinggi.

“Kalau sudah marah seperti itu, suami saya akan mendiamkan saya beberapa hari, dan baru akan berbaikan lagi kalau saya terus mengajak bicara, berulang kali meminta maaf sambil melayani kebutuhan sehari-harinya dengan cara ekstra baik,” demikian keluh S sambil berlinang air mata. “Ibu, saya tidak mau cerai lagi. Bagaimana saya harus bersikap kepada suami saya, Bu”  lanjut S.

Usia perkawinan L dan S baru satu setengah tahun. Untuk L, perkawinan ini adalah perkawinan pertama, sedangkan untuk S perkawinan dengan L adalah perkawinan kedua. Perkawinan pertama S diakhiri dengan perceraian karena mantan suaminya berselingkuh dengan sekretarisnya.

Pengalaman perselingkuhan suami dengan sekretarisnya merupakan trauma psikis yang masih terasa sangat melukai perasaan S. Dalam hati kecil S memang bertekad akan berupaya semaksimal mungkin mempertahankan perkawinan kedua dan berupaya keras untuk mencegah terjadinya perselingkuhan dalam perkawinan keduanya ini.

Memang, S mengakui bahwa beberapa waktu terdahulu pertengkaran dengan L sering terjadi karena S cemburu oleh peristiwa-peristiwa yang dirasa L kurang relevan. Misalnya, bila di suatu restoran tempat mereka memutuskan makan malam ada perempuan, tamu restoran lain, berpakaian mini yang tanpa sengaja dilihat L, S akan marah sehingga suasana makan malam menjadi rusak. Padahal, kehadiran tamu restoran bukan berada di bawah kendali L.

Pertengkaran-pertengkaran seperti itu membuat L berpendapat S adalah istri pencemburu berat. Selama ini L berupaya keras menghindari pertengkaran dengan lebih selektif dalam
berkawan. Pilihan atas perempuan bagian pemasaran tersebut pun dengan pertimbangan bahwa tenaga tersebut bersuami dan suaminya ikut bekerja dalam perusahaan L. Selain itu, penampilan fisik dan cara berdandannya pun “di bawah standar” L dan S. Artinya, tidak mungkinlah L tertarik kepada perempuan sales tersebut.

Komunikasi dalam Perkawinan

Dua orang individu yang memasuki perkawinan dan mulai berbagi kehidupan yang berawal serta dilandasi perbedaan di antara keduanya, baik dalam aspek psikologi, sosial, maupun budaya, yang kemudian berpadu dalam cara tertentu, akan membuat perkawinan yang tercipta menjadi unik.

Keunikan masing-masing individu pasangan dibentuk dan dipengaruhi faktor genetik, fisiologis, psikologis, sosial, dan budaya yang dibawa sejak lahir. Karena itu, dapat dibayangkan sulitnya dua perbedaan yang mendasar tersebut dapat berpadu dan menyatu dalam keharmonisan perkawinan yang mereka jalin.

Sulit ditemukan cara yang membuat perasaan, isi pikiran, pendapat, dan gagasan untuk terakomodasi, yang terasa adil bagi keduanya dalam harmoni relasi yang tercipta. Keterampilan dan kemampuan kedua pasangan dalam mengekspresikan perasaan, ide, gagasan, isi pikiran, serta mendengar aktif merupakan inti dari proses komunikasi yang sangat dibutuhkan sebagai sarana bagi terpadunya perbedaan-perbedaan di antara pasangan dalam harmoni relasi perkawinan mereka. Dalam hal ini Montgomery (1981) menyatakan “quality communication is central to quality marriage”

Apabila kedua pasangan puas dengan relasinya, maka mereka pun akan dengan sendirinya lebih mampu menerima pesan yang terungkap dalam komunikasi dengan pasangannya. Elemen yang sangat penting dalam komunikasi yang baik antarpasangan perkawinan adalah kepercayaan, kejujuran, empati, dan mendengar aktif.

Kepercayaan yang sudah dipelajari individu dari pengalaman masa lalu menyertakan kemampuan saling memberi dukungan yang lebih daripada minat kepada diri sendiri. Kejujuran membantu cara berkomunikasi yang perlu diimbangi oleh kepekaan perasaan. Empati, kemampuan untuk mengidentifikasikan kondisi emosi pasangan. Mendengar aktif, tidak hanya menyediakan waktu cukup untuk mendengar ungkapan pasangan, tetapi juga menyertakan konsentrasi terhadap apa yang disampaikan pasangan. Di samping itu, bila diperlukan, ia pun mampu memberikan umpan balik tentang apa yang telah dikatakan pasangan.

Kasus komunikasi yang terganggu tampak jelas pada pasangan perkawinan L dan S. Dalam masalah yang terkait dengan kehadiran perempuan bagian pemasaran, tersirat kecenderungan L untuk cepat berasumsi bahwa S cemburu kepada perempuan tersebut. Percepatan asumsi merangsang kemarahan tidak terkendali dan L.

Memang, dalam hal ini tersirat ketidakpercayaan S terhadap L oleh trauma perselingkuhan mantan suami yang belum lepas dari benak S. Terungkap perasaan yang tidak nyaman akan kebersamaan suami dengan perempuan bagian pemasaran tersebut dalam menyelesaikan kemasan hasil produksi. Namun, dalam hal ini, kecuali kepekaan perasaan L kurang terhadap ketidaknyamanan akibat kebersamaannya dengan perempuan tersebut bagi istrinya. Kemarahan L yang meledak tanpa kendali bisa disebabkan oleh keterampilan mendengar aktif L yang sangat terbatas.

Hal yang sebelumnya juga ingin dikomunikasikan S adalah perempuan bagian pemasaran itu adalah pekerja pemasaran yang sangat baik. Jadi, ini akan lebih menguntungkan apabila L memerintahkan pegawai tersebut mencari pesanan bagi produksi sampingan perusahaan daripada membantu mengemas hasil produksi utama.

Solusi

1. Bagi S, diperlukan terapi khusus untuk menghilangkan trauma psikis perselingkuhan mantan suaminya.
2. Kepercayaan di antara pasangan perlu dibangun dengan kesediaan kedua pasangan untuk menjalin relasi yang jujur dalam berbagi dan saling mendukung.
3. Bagi kedua pasangan, diperlukan latihan dalam keterampilan berkomunikasi.

This Time 4 Married

September 30, 2007

Sebuah Intisari dari buku “ Saatnya Untuk Menikah”
Sekali lagi, dibuang sayang. Sebuah Tulisan sebagai tugas TTS (Tarbiyah Tsaqofiyah Sleman) untuk mata kuliah “Rumah Tangga Muslim”. Semoga bisa bermanfaat bagi semua. Sebuah inti sari dari bukunya ust Faudzil Adzhiem, penulis legendaris dan best seller tentang pernikahan.
Tidak ada pelabuhan yang dapat menjadi tempat kita menyandarkan kegelisahan selain menikah. Mengingkari panggilan hati untuk menikah sama hal nya mengingkari fitrah kita sebagai manusia.
1.Saatnya untuk menikah

Pernikahan tampak begitu indah bagi orang yang belum menikah, semata karena mereka merasakan panas dinginnnya menahan gejolak cinta. Banyak di antara kita yang meluap-luap semangatnya untuk menikah, tetapi lupa menyiapkan bekal yang harus dibawanya setelah menikah. Demikian pula sebaliknya, banyak yang hampir tidak kuat menahan gejolak rindu yang mencekam, tetapi tidak berani melangkahkan kakinya untuk meminang. Kata Aiman bin Huzaim berkata, “ Tiada lagi resah saat bersanding dengan wanita resah itu hadit saat berjauhan dengannya.”

Kerinduan semakin melecut suatu waktu jika jarak sebelumnya saling berdekatan. Kuatnya perasaan terhadap pernikahan justru akan semakin menggelora pada orang-orang yang pernah merasakan gelak canda pernikahan. Jika anda sudah merasa gelisah jika pada malam-malam yang sepi mencekam tidak ada teman yang mendampingi, inilah saatnyua bagi anda untuk menikah. JIka anda sudah mulai tidak tenang saat sendirian, itulah saatnya anda perlu hidup berdua. Jika anda sudah begitu resah saat melihat akhwat di perjalanan, itulah saatnya anda menguatkan hati untuk datang meminang. Hanya dua Kalimat saja yang perlu anda persiapkan untuk meminang : Alhamdulillah bila diterima dan Allohu akbar bila ditolak.
Bekal sebelum memasuki pernikahan.

a.Bekal ilmu
Ilmu yang berkenaan dengan apa yang akan kita lakukan serta ilmu tentang bagaimana melakukan. Mengajarkan ilmu agama kepada istri berarti membutuhkan penguasaan dan pengajaran ilmu agama kepada istri.
b.Kemampuan memenuhi tanggung jawab
Tanggung jawab suami terhadap istri tak hanya pemenuhan materi saja tapi juga pemenuhan sexual. Umar Bin Khatab ra menetapkan aturan waktu maximal seorang tentara muslim bertugas meninggalkan rumah juga karena pertimbangan ini.

c.Kesiapan menerima anak
Banyak yang nikah muda tapi ga mau punya anak?. Satu hal yang digaris besari dari ilmu pernikahan adalah menyegerakan menikah berbeda dengan tergesa-gesa menikah. Anjuran untuk nikah dini tidak boleh ternodai oleh pernikahan yang tergesa-gesa serta desakan dari sejumlah pembimbing halaqoh yang belum mengenal betul bimbingannya.

d.Kesiapan Psikis
Membayangkan indahnya pernikahan, tapi terkadang tanpa belajar untuk siap menerima kekurangan dari orang yang kelak akan menikah dengannya. Banyak yang membayangkan indhanya kemanjaan Aisyah ra tanpa dibarengi dengan kesiapan bahwa Aisyah pencemburu berat. Betapa banyak yang mendambakan istri seperti Khadijah, tetapi tidak mau menikah dengan orang yang usianya sedikit saja diatasnya. Kesiapan psikis untuk berumah tangga juga berarti kesiapan untuk menerima kekurangan-kekurangan orang yang menjadi pendampingnya.
Banyak keluh yang terucap dan kekesalan yang terlontarkan, ini bukan karena mereka menikah di usia muda, tetapi karena kesiapan psikis mereka yang belum tertata saat memasukinya.

e.Kesiapan ruhiyah
Kesiapan ruhiyah adalah jika seseorang yang hatinya telah terbuka terhadap kebenaran risalah-Nya, yang mendahulukan naqli daripada aqli , mendahulukan dalil yang jelas daripada ra’yu (zhan). Dan sadar betul Robb menghalalkan hubungan mereka dengan perjanjian yang amat berat (mistsaqon ghalizha). Sungguh, sekiranya seorang pemuda yang telah memiliki kesiapan ruhiyah datang meminang, ia lebih utama untuk didahulukan sekalipun belum memiliki cukup ilmu maupun bekal ma’isyah. Sebab orang yang bagus kesiapan ruhiyahnya dapat mengarahkan diri untuk belajar apa yang belum dimilikinya.

2.Bersiap-siap sebelum menikah

a.Mengenal istri
Cara untuk belajar menjadi istri terbaik, hanyalah melalui suami. Begitu juga sebaliknya. Tidak bisa melalui pacaran. Pacaran hanya mengajarkan bagaimana caranya menjadi pacar terbaik bukan suami atau istri terbaik. Jane Askham bilang bahwa lamanya hubungan pranikah serta tingkat intensitas hubungan pranikah, tidak memberikan sumbangan positif setelah mereka bersepakat untuk menikah.

Persepsi yang timbul selama berlangsungnya hubungan pranikah cenderung persisten, padahal sifat persisten akan menjadi penghalang bagi proses untuk saling melakukan perubahan setelah menikah.

b.Kesiapan untuk mencari nafkah
Bekerja berarti memenuhi amanah 4jJI dan soal rezeki untuk akan menjadi tanggunganNya, sedangkan menyebut jenis pekerjaan belum tentu menggambarkan bahwa seseorang itu memang betu-betul serius bekerja. Kesiapan member nafkah tidak berhubungan dengan adanya pekerjaan tetap bagi calon suami. Seseorang yang sudah memiliki pekerjaan tetap dan besar, belum tentu memiliki kesiapan untuk member nafkah.

Siap atau tidaknya seorang suami berparameterkan:
1)Apakah ia lebih suka makan dengan hasil keringatnya sendiri ataukah dia lebih suka bahkan berharap-harap menikmati pemberian.
2)Apakah ia mendahulukan ikhtiar daripada menyerah pada keadaan.
3)Apakah ia telah memiliki ilmu tentang segala sesuatunya yang akan menjadi tanggung jawabnya: kewajiban – kewajiban yang harus ditunaikan untuk diri sendiri, ortu, istri dan orang lain.

3.Yang perlu Anda ketahui tentang Jodoh
Seperti halnya mata kita yang sering todak sanggup melihat yang sebenarnya di balik yang tampak, anggapan kita terhadap mereka, yang kita anggap “ tidak sepadan”, boleh jadi juga sepenuhnya salah. Kita mempertanyakan kebenaran janji 4JJI, tetapi lupa barangkali mata wadaq kita yang tidak sanggup melihat di balik yang tampak. Yang kelihatannya tidak sebanding, setara nilainya di hadapan 4JJI, sehingga tidak ada yang meleset dari janji 4JJI.
Boleh jadi, apa yang tampaknya tidak sepadan, tidak sekufu itu merupakan ujian yang apabila kita tulus, kita meperoleh derjat yang tinggi di sisiNya, pastikan kita termasuk orang yang husnudzon kepada ketemutuan 4JJI.

4.Sekali lagi, tentang sumber tentang sumber Informasi
Proses pernikahan Khadijah dengan Muhammad member pelajaran yang penting yang teramat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Usaha untuk memperoleh informasi hanya dari orang yang dikehendaki Khadijah dilakukan dengan sanagt hati-hati. Khadijah ingin memperoleh informasi hanya dari orang yang betul-betul mengenal secara pribadi Orang yang mengenal secara pribadi dengan criteria: pernah menginap bareng, menemani dalam perjalanan jauh, berhubungan dengan amanah keuangan, sikap terhadap permusuhan internal.

Jika kita terkecewakan dengan informan kita disebabkan karena :

1). Orang yang tidak dapat dipercaya
2). Informan seorang yang jujur, tulus, tidak suka mengelabuhi, tetapi ia mempunyai kekurangan terhadap berita yang didengarnya, atau sering tidak lengkap dalam mengingat informasi.
Sebaiiknya sikap longgar membuat kita terlalu menggampangkan apa saja yang telah dimudahkan oleh 4JJI, menyepelekan hal-hal yang telah disederhanakan, dan tersesa-gesa menyimpulkan perkara-perkara yang belum jelas kebenarannya, kecualikecuali sebatas sebutan si Fulan baik agamanya atau buruk akhlaqnya. Sesungguhnya, banyak kekecewaan yang sulit dihapuskan bermula dari sikap-sikap yang demikian. Atau perlu cari informan pembanding.
5.Mengapa kita sibuk meninggikan kriteria?

Secara sederhana, mempersulit diri adalah setiap halangan yang timbul karena kita membatasi hal yang telah dilapangkan Allah, mempersempit hal yang telah diluaskan-Nya, dan mempererat hal yang diringakannya sehingga kit atidak mampu mencapainya. Ini berbeda dengan riyadhah (latihan ruhani) yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin untuk membentuk sikap qona’ah dan zuhud pada diri mereka. Ketika seseorang telah menetapkan criteria yang sangat tinggi, ia akan cencerung sangat peka terhadap hal-hal yang bergeser dari kriterianya. Kekecewaan karena tidak terpenuhinya atau ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan setelah menikah, dapat menjadi sumber konflik. Kalau telah ada pemicu, konflik yang laten itu bisa berubah menjadi pertengkaran yang tidak terelakkan. Terkadang, kekecewaan bermula dari perkara sepele yang benar-benar remeh.

Seorang suami tak harus menuntut istrinya pintar memasak yang sesuai dengan seleranya. Agar mereka siap menerima apa adanya manakala menikah dengan wanita yang tidak bisa memasak, atau pandai memasak sesuai asala daerahnya, tetapi kurang pandai menyesuaikan dengan lidah suami. Begitu juga impian mempunyai anak laki-laki tidak harus dipaksakan, karena anak perempuan-pun tidak menjadi masalah karena anak pada dasarnya ia member bobot kepada bumi dengan kalimat laa illa ha illaLloh.. Kita hendaknya mengaca diri terlebih dulu sebelum menetapkan kriteria tentang pendamping hidup yang kita harapkan. Agaknya tidak realistis kita menuntut agar mendapatkan pendamping hidup yang sempurna, sementara ilmu diniyyah kita masih kedodoran dan akhlaq pun masih compang-camping.

Memiliki harapan boleh-boleh saja. Kita sah-sah saja berharap mendapatkan pendamping yang lebih kokh agama, akhlaq dan ilmunya sehingga bisa membantu kita untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi di hadapan 4JJI. Akan tetapi, terdapat perbedaab antara harapan dan penetapan criteria.

6.Lihatlah wanita yang akan Kau nikahi

Dikisahkan cerita Mughiroh bin syu’bah, seorang sahabat Nabi pernah menikah 70 kali dan semuanya gagal, dikarenakan ia ga mau melihat wanita yang akan dinikahinya. Memandang calon istri pada waktu diberikannya kesempatan nadzar memilki status hukum tersendiri dan tidak bertentangan dengan keumuman perintah untuk menutup aurot. Memenuhi takhsish (pengkhususan) tidak berarti melanggar ketentuan umum tentang aurot. Alasan diperbolehkan melihat wanita yang akan dnikahinya ini adalah:

a.Anjuran untuk memandang calon istri tidak bertentangan dengan ketatnya peraturan Islam agar para wanita selalu menutup aurot dan laki-laki menundukkan pandangannya. Aturan nadzar ‘memandang’calon istri dengan pemandangan yang cermat dan penuh perhatian, merupakan takhshish.

b.Memandang dan memperlihatkan aurot yang diperbolehkan untuk dipandang pada waktu nadzar merupakan kebaikan.

c.Memandang (nadzar) dengan pandangan yang sungguh-sungguh merupakan perintah Nabi, memperlihatkan aurot untuk dipandang oleh pelamar tidak merupakan pengkhianatan terhadap suami jika ternyata pelamar pertama tidak jadi meneruskan ke proses pernikahan.
Batasan nadzar ada 2 yaitu melihat seluruh tubuh si wanita seperti yang dilakukan oleh Muhammad bin Masalamah sewaktu akan menikahi Tsaniyah binti Dhakhkah, dan pendapat ini dijadikan fatwa oleh Imam Dawud Azh-Zhahiri, namun ada pendapat lain yaitu batasan nadzar adalah sebatas bukan aurot, termasuk muka, tangan, dan ada yang menambahkan betis.
Namum dalam rangka kehati-hatian ikhtiyath banyak yang memakai pendapat yang kedua. Dan disarankan tidak menggunakan foto, karna kualitas gambar foto tidak bisa dijadikan acuan. Kalau mau dirunut lebih jauh, ujungnya adalah masalah keprasahan terhadap Alloh dan rasul-Nya. Bagi seorang muslimah yang mengimani kebenaran ajaran Rosululloh dengan penuh kepasrahan, jadi menikah atau tidak, tidak ada yang merugikan baginya. Sebab kedua-duanya mendatangkan kebaikan yang pasti.

Lakukanlah nadzar jika memang bisa menjaga rahasia tentang hal yang anda dapatkan saat memandang calon istri anda. Rahasia itu perllu anda genggam disaat anda merasa mantap dengan calon istri anda, sehingga anda terdorong untuk segera menikahinya, maupun ketika anda tidak sreg dengan hal yang ada pada wanita yang akan anda pinang. JIka anda membuka rahasia tentang apa saja yang membuat anda tidak sabar lagi menunggu malam pengantin, anda telah merusak kehormatannya dan kehormatan anda sendiri. Adapun jika anda membuka rahasia tentang hal-hal yang membuat anda tidak sreg menikahinya maka anda telah berkhianat.

Wanita pun dibolehkan melihat calon suaminya, dan calon suami harus bersikap apa adanya, dan tidak menyembunyikan kekurangannya.

7.Sekali lagi tentang Nazhar

a.Sandaran untuk menolak, memilih pendapat yang paling sesuai, atau menyisihkan pedapat yang paling sesuai, atau menyisihkan pendapat yang paling sesuai adalah dalil-dalil naqli yang jelas, bukan perasaan kita terhadap pendapat tersebut.

b.Mencoba berpikir bahwa kehormatan wanita akan lebih terjaga jika kita mau menegakkan hukum nadzar.

Nadzar seringkali disoroti dengan perintah yang berkebalikan dengan Ghodzul bashor. Perintah melakukan nadzar yang mengeluarkannya dari keumuman larangan melihat lawan jenis, disebabkan adanya beberapa kemslahatan yang hanya bisa diperoleh dengan melakukan nadzar. Atau keburukan bisa terjadi manakala tidak dikecualikan hukum memandang bagi orang yang akan menikah. Artinya pengecualian itu hanya berlaku bagi orang yang akan menikah dengan lawan jenis yang dimaksud, atau dengan orang yang secara sungguh-sungguh ia bermaksud untuk mengetahui tentang kemungkinan adanya ketetapan hati untuk menikah apabila ada hal-hal yang membuatnnya tertarik untuk menikahinya.

Sebuah pernikahan akan lebih mampu menundukkan pandanagn mata dan lebih menjaga kemaluaan apabila di dalamnya ditemukan cinta dan kebersamaan. Di sana ada keindahan yang dapat direngkuh bersama-sama, dan pintunya adalah wajah. “Maka, laki-laki yang hendak melamar wanita,” kata Ibnul Qoyyim al jauziyah, “ disyariatkan untuk melihat wajahnya. Sebab, jika ia sudah melihat kecantikan dan keindahannya, tentu lebih bisa membuahkan cinta dan kebersamaan di antara keduanya. “

Keindahan saat memandang pertama kali adalah gerbang. Selanjutnya penerimaan yang tulus, kehangatan saat menyambut kedatangan, serta kegembiraan saat bersama jauh lebih penting daripada kecantikan. Tetapi, pengabaian terhadap masalah keindahan, dapat menjadi pintu kekecewaan yang dapat menyalakan api pemberontakkan untuk mencari apa yang dapat melunakkan jiwanya.

Wanita boleh menolak nadzar jika ia tahu betul lelaki yang mau meminangnya tidak sungguh-sungguh untuk meminangnya. Tahu disini disertai dengan keyakina yang betul.

8.Diujung penantian, kapnkah jodoh’kan segera datang?
Ia berikan ujian kepada hamba-hamba-Nya agar denan itu orang-orang yang mengaku beriman, teruji keimannannya; dan orang-orang yang benar-benar mencintai-Nya dapat memperoleh kedudukan yang lebih tinggi di sisis-Nya. Ibarat kita sekolah, ada ujian yang harus kita tempuh ketika kita ingin naik kelas.dalam firmannya telah jelas QS. Ath Thalaq:7 dan QS Al Baqoroh: 286)

Bagaimana mungkin engkau bisa mendapatkan pendamping yang mencintaimu dengan sederhana,sementara engkau jadikan gemerlap kemapananmu sebagai pemikatnya? Bagiamana mungkin engkau mendapatkan suami yang menerimamu sepenuh hati dan tidak ada cinta di hatinya selain kepadamu, sementara engkau berusaha meraihnya dengan menawarkan kencan sebelum terikat oleh pernikahan? Bgaiamna mungkin engkau mendapatkan lelaki yang terjaga bila engkau mendekatinya dengan menggoda.

Menuanya usia kita menimbulkan kekhawatiran akan jauhnya jodoh, dimasa-masa seperti ini hnaya ketaqwaan dan husnudzon pada 4JJI-lah yang bisa menguatkan kita. Mungkin juga kita harus instrupeksi diri, terkadang kita mempersulit apa yang telah 4JJI mudahkan, sehingga kita mendapatkan kesulitan yang tak terbayangkan.

Bagaimana kalua muncul rasa sayang?, kita bisa menengok sejarah betapa para salafush shaleh terdahulu mengambil sikap yang sangat indah tentang dua orang yang saling mencintai. Mereka tidak memisahkan begitu saja, sebab tak ada yang tampak indah bagi dua orang yang saling mencintai kecuali menikah. Jika anda mendapati lelaki yang memiliki banyak keutamana kecuali dalam hal keberanian untuk menikah, boleh jadi yang anda perlukan adalah sedikit keberanian untuk menawarkan diri kepada laki-laki yang ia merasa mantap agama dan akhlaknya. Mereka tidak jatuh kehormatannya. Bahkan mereka termasuk orang-orang yang mulia.

9.Ketika wanita harus menawarkan diri
Sesungguhnya tidak ada halangan bagi seseorang wanita untuk menawarakan diri. Para sahabat nabi dan ulama saleh memandang sikap menawarkan diri sebagai sesuatu yang terpuji dan termasuk diantara kemulian seorang wanita. Belajar dari Khadijah ia pun juga menawarkan diri kepada nabi Muhammad, yang sebelumnya telah ia selidiki dulusedetail-detailnya kepribadian Muhammad.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menawarkan diri:
1.Carilah informasi seetail-detailnya sebelum memutuskan untuk menawarkan diri sehingga tidak terjadi ganjalan di tengah-tengah proses.
2.Hendaknya menawarkan diri melalui perantaan orang lain, bukan diri sendiri.
3.Orang yang diminta sebagai perantara adalah wanita yang setengah baya cenderung lebih mengerti bagaimana mengkomunikasikan maksud anda kepada laki-laki.
4.Proses menuju ke pernikahan tetap dilanjutkan dengan peminangan secara resmi pihak laki-laki.

Alasan pemilihan buku :

Buku ini sangat legendaris untuk dikupas, isinya rigid dan dekat dengan pembaca, gaya penulisan yang pas bagi anak muda. Karakter buku ini seperti seorang kakak yang menasehati adikknya , sedikit doktrin dan banyak menasehati. Yang saya terkesan dari buku ini adalah, kolaborasi pemikiran dengan siroh nabawiyah. Sehingga korelasi yang ada, menyebabkan problem solving yang koqnitif dan edukatif.

Buku ini sangat pas bagi mereka yang pengen sekali untuk menikah, dan saya yakin yang sudah pengen sekali menikah setelah membaca buku ini jadi menggebu keinginannya. Dan sekaligus ada trip trik cerdas dari pengalaman penulis.

Yang ga saya suka dari buku ini, doktrin kejama’ahannya kurang sekali, saya sedikit tidak setuju dalam hal, peremehan menikah berbeda dalam halaqohnya. Karena yang saya pahami, menikah adalah bagian dari ‘marotibul amal’ dan disana prosesnya memang murni ditujukan untuk berdakwah, mengembangkan dakwah, expansi dakwah lewat generasi yang dihasilkan dari sebuah pernikahan.

Dan diskriminasi keikutsertaan murrobi dalam penentuan pengambilan sikap dalam pernikahan juga saya kurang setuju. Ya pokoknya aspek keberjama’ahnya kurang banget dari buku ini, mengingat juga penulisnya bukan ikhwah. Wallohu alam bishowab

LEBIH HEBAT DARI BERZINA

September 30, 2007

Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam duka cita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.

Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam “Silakan masuk”. Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, “Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya.” “Apakah dosamu wahai wanita ayu?” tanya Nabi Musa as terkejut. “Saya takut mengatakannya.” jawab wanita cantik. “Katakanlah jangan ragu-ragu!” desak Nabi Musa. Maka perempuan itupun terpatah bercerita, “Saya ……telah berzina.” Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.

Perempuan itu meneruskan, “Dari perzinaan itu saya pun……lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya……. cekik lehernya sampai……tewas”, ucap wanita itu seraya menagis sejadi-jadinya. Nabi musaberapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik,” Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!”…teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.

Perempuan berewajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk ke luar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau di bawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, “Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?” Nabi Musa terperanjat. “Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?” Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.

“Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?” “Ada!” jawab Jibril dengan tegas. “Dosa apakah itu?” tanya Musa kian penasaran. “Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina”.

Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.

Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman didadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.

Dikutip dari buku 30 kisah teladan – KH > Abdurrahman Arroisy) Dalam hadist Nabi SAW disebutkan : Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur’an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka’bah.

Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari di akherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.

Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadist Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah.

Tolong sebarkan kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahui.

Lutfia, bukan siapa-siapa. Tapi ia menjadi seseorang yang akan disebut namanya di Surga kelak oleh Yusuf, anak tercintanya. Dan ia akan menjadi satu-satunya yang direkomendasikan Yusuf, seandainya Allah memperkenankannya menyebut satu nama yang akan diajaknya tinggal di Surga, meski Lutfia sendiri nampaknya takkan membutuhkan bantuan anaknya, karena boleh jadi kunci surga kini telah digenggamnya.

Bagaimana tidak, selama dua hari Lutfia menggendong anaknya yang berusia belasan tahun mengelilingi Kota Makassar untuk mencari bantuan, sumbangan dan belas kasihan dari warga kota, mengumpulkan keping kebaikan dan mengais kedermawanan orang-orang yang dijumpainya, sekadar mendapatkan sejumlah uang untuk biaya operasi anaknya yang menderita cacat fisik dan psikis sejak lahir.

Tubuh Yusuf, anak tercintanya yang seberat lebih dari 40 kg tak membuat lelah kaki Lutfia, juga tak menghentikan langkahnya untuk terus menyusuri kota. Tangannya terlihat genetar setiap menerima sumbangan dari orang-orang yang ditemuinya di jalan, sambil sesekali membetulkan posisi gendongan anaknya. Sementara Yusuf yang cacat, takkan pernah mengerti kenapa ibunya membawanya pergi berjalan kaki menempuh ribuan kilometer, menantang sengatan terik matahari, sekaligus ratusan kali menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya yang kering sekering air matanya yang tak lagi sanggup menetes.

Ribuan kilo sudah disusuri, jutaan orang sudah dijumpai, tak terbilang kalimat pinta yang terucap seraya menahan malu. Sungguh, sebuah perjuangan yang takkan pernah bisa dilakukan oleh siapa pun di muka bumi ini kecuali seorang makhluk Tuhan bernama; Ibu. Ia tak sekadar menampuk beban seberat 40 kg, tak henti mengukur jalan sepanjang kota hingga batas tak bertepi, tetapi ia juga harus menyingkirkan rasa malunya dicap sebagai peminta-minta, sebuah predikat yang takkan pernah mau disandang siapapun. Tetapi semua dilakukannya demi cintanya kepada si buah hati, untuk melihat kesembuhan anak tercinta, tak peduli seberapa besar yang didapat.

Tidak, ia tak pernah berharap apa pun jika kelak anaknya sembuh. Ia tak pernah meminta anaknya membayar setiap tetes peluhnya yang berjatuhan setiap jengkal tanah dan aspal yang dilaluinya, semua letih yang menderanya sepanjang jalan menyusuri kota. Ibu takkan memaksa anaknya mengobati luka di kakinya, tak mungkin juga si anak mengganti dengan seberapa pun uang yang ditawarkan setiap hembusan nafasnya yang tak henti tersengal.

Lutfia, adalah contoh ibu yang boleh jadi semua malaikat di langit akan mengagungkan namanya, yang menjadi alasan tak terbantahkan ketika Rasulullah menyebut “ibu” sebagai orang yang menjadi urutan pertama hingga ketiga untuk dilayani, dihormati, dan tempat berbakti setiap anak. Lutfia, barangkali telah menggenggam satu kunci surga lantaran cinta dan pengorbanannya demi Yusuf, anak tercintanya. Bahkan mungkin senyum Allah dan para penghuni langit senantiasa mengiringi setiap hasta yang mampu dicapai ibu yang mengagumkan itu.

Sungguh, cintanya takkan pernah terbalas oleh siapapun, dengan apapun, dan kapanpun. Siapakah yang lebih memiliki cinta semacam itu selain ibu? Wallaahu ‘a’lam

———
reposted
http://gawtama.blogspot.com